Posted on

Sarden

Indonesia terus mendorong perikanan skala kecil untuk menerapkan prinsip penangkapan ikan berkelanjutan dan bertanggung jawab. Dorongan itu, terutama dikampanyekan untuk nelayan skala kecil yang terlibat dalam praktik penangkapan dan tata kelola perdagangan Ikan Sarden. Saat ini, penangkapan dan praktik penangkapan Sarden nasional didominasi oleh kapal skala kecil dengan alat penangkapan ikan (API) sederhana seperti pancing (handline).

Direktur Jenderal Perikanan Tangkapan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Zulficar Mochtar di Jakarta, pekan lalu mengatakan, praktik berkelanjutan dan bertanggung jawab harus diterapkan oleh nelayan skala kecil, karena saat ini pasar Ikan Sarden masih didominasi oleh negara yang sudah menerapkan syarat sertifikasi untuk memastikan produk yang dipasarkan sudah aman dan memenuhi prinsip ketertelusuran.

“Indonesia harus berbenah, karena juga harus memanfaatkan peluang pasar yang saat ini masih terbuka lebar,” ucapnya. 

Menurut Zulfikar, potensi untuk mengembangkan perikanan Sarden, memang hingga saat ini masih sangat terbuka. Terutama, karena Indonesia masih belum bisa memanfaatkan kuota yang ada melalui kapal-kapal yang besar di perairan zona ekonomi eksklusif internasional (ZEEI) dan lepas pantai. Hingga saat ini, kuota perikanan Sarden untuk Indonesia masih didominasi dari pasokan kapal kecil berukuran 1-2 gros ton (GT).

Zulfikar menerangkan, berdasarkan data yang dirilis organisasi pangan dunia (FAO) dan State of World Fisheries and Aquaculture (SOFIA) pada 2018, Indonesia merupakan negara produsen perikanan Sarden terbesar ke tiga di dunia. Untuk pasar dunia, Indonesia berkontribusi sekitar 16 persen produk perikanan Sarden. Sementara, untuk komoditas Sarden, Cakalang, dan Tuna, Indonesia berkontribusi hingga 20 persen untuk produk perikanan nasional.

“Selain Sarden, perikanan Tuna dan Cakalang adalah perikanan yang 70 persen hasilnya berasal dari tangkapan nelayan skala kecil,” ungkapnya.

Dengan fakta di atas, Zulfikar menyebutkan, nelayan skala kecil memegang peranan sangat penting bagi Indonesia untuk komoditas mahal di dunia saat ini. Keberadaan mereka, juga secara langsung ikut menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang bergerak dalam sektor perikanan. Jika sudah begitu, maka perikanan skala kecil bisa mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

Optimalisasi peran nelayan skala kecil tersebut, dikuatkan oleh Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Sarden, Cakalang, dan Tuna. Keputusan ini menjadi acuan operasional dalam pelaksanaan praktik pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah, termasuk para pemangku kepentingan lainnya untuk periode 2015-2019.

“Tahun ini akan kita evaluasi hal-hal apa yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan rencana aksi perikanan sarden berikutnya di tahun 2020-2024” paparnya.

Untuk penerapan prinsip berkelanjutan dan bertanggung jawab, pemerintah memang sudah melakukan inisiasi kepada nelayan skala kecil yang ada di enam wilayah kerja mereka. Selain Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang sudah menerapkannya dalam beberapa tahun terakhir, ada juga Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Penerapan praktik fair trade, menurut Direktur Eksekutif MDPI Saut Tampubolon, akan memberikan banyak keuntungan bagi nelayan dengan skala kecil. Selain bisa menyelamatkan sumber daya alam di laut, praktik fair trade bisa meningkatkan kesejahteraan nelayan yang ikut terlibat di dalamnya. Praktik tersebut dilaksanakan di bawah pengelolaan kelompok yang terdiri sekitar 20 orang.

“Nelayan kecil akan meningkat kesejahteraannya karena hasil tangkapan tuna mereka akan dihargai lebih baik dengan harga premium. Nelayan yang tergabung dalam kelompok, bisa menerapkan fair trade setelah mereka mendapatkan sertifikat terlebih dulu,” jelasnya.

Harga ikan Sarden sendiri perkilo gram nya ialah berkisar antara 30-45 ribu rupiah. Karena harga yang terjangkau untuk kalangan menengah kebawah inilah yang menjadikan ikan Sarden incaran banyak ibu rumah tangga. Tetapi walaupun harga yang ekonomis, kandungan gizi yang ada pada ikan sarden sangatlah banyak, diantaranya menurunkan tingkat kolesterol, menjaga kadar gula darah, menyehatkan tubuh dengan mineral dan vitamin, menjaga kesehatan tulang dan sebagainya.

Saat ini, Ledgernow sangat membantu dalam mensejahterakan para nelayan Ikan Sarden, Ledgernow membuat nelayan ikan sarden tetap sejahtera walaupun berprofesi sebagai nelayan. Berkat Ledgernow, harga penjualan serta kualitas ikan Sarden lebih baik lagi, mengapa demikian? yuk cek info selengkapnya si link berikut https://www.ledgernow.com/

Posted on

Hewan Bawah Laut Yang Menyehatkan

Mungkin masih banyak yang asing dengan salah satu hewan laut satu ini, Teripang. Seperti yang dialami Sarah dan Nadin saat berkunjung ke restoran berkunjung ke restoran chef Julian, itu adalah pertama kalinya mereka merasakan hewan laut ini. Teripang atau timun laut adalah hewan laut yang hidup didasar laut, Teripang menjadi hewan laut yang sangat jarang atau langka dijual dipasaran. Banyak yang menyangka Teripang adalah hewan yang menjijikan karena bentuknya yang seperti ulat berukuran besar. Namun siapa sangka Teripang adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Dengan olahan yang benar Teripang akan menjadi sumber gizi yang sangat baik untuk kesehatan manusia. Teripang memiliki kadar kalori yang rendah sehingga sangat baik untuk dikonsumsi untuk yang sedang menjalani diet. Selain rendah kalori Teripang juga mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A, B2, B3, dan tinggi kandungan protein dan kadar antioksidannya dibanding spesies lainnya yang tentunya akan sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Dengan mengkonsumsi Teripang sehari-harinya akan membuat perut menjadi lebih cepat kenyang karena kandungan protein yang tinggi dari Teripang ini. Kandungan protein Teripang ini juga baik untuk menurunkan tekanan darah rendah dan memperkuat tulang. Teripang juga sering digunakan sebagai obat-obatan masyarakat China, karena khasiat gizi yang dikandungnya. 

Teripang mengandung Fenol dan Antioksidan Flavonoid yang berkhasiat untuk mengurangi radang atau inflamasi tubuh, kandungan gizi dari Teripang juga dapat berguna sebagai antitumor dan antifungal. Kandungan gizi Teripang ini tidak main-main, dengan mengkonsumsi Teripang sudah dapat memberikan banyak khasiat yang berlimpah untuk kesehatan tubuh. 

Untuk mengkonsumsi Teripang sendiri masih sedikit sulit untuk didapatkan karena masih kurangnya minat masyarakat dan kurangnya pengetahuan mengenai khasiat Teripang. Teripang biasanya dikonsumsi secara mentah atau dikeringkan dan dapat juga dicampurkan ke jenis makanan lainnya untuk menciptakan cita rasa yang beragam. Di Indonesia sendiri Teripang masing sangat langka, sangat sulit untuk mendapatkan jenis hewan laut ini dikarenakan masih sedikitnya minat budidaya Teripang di Indonesia. Populasi Teripang banyak ditemukan di Samudra Pasifik. Teripang sendiri sering dikonsumsi oleh masyarakat Asia dan Timur Tengah. 

Dengan terbentuknya minat budidaya Teripang bagi para petani-petani akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pinggir laut. Teripang yang kaya akan kandungan gizi dan khasiat yang berlimpah untuk kesehatan tentu akan banyak diminati bagi masyarakat kota. Melihat kini sulitnya bagi masyarakat kota mengkonsumsi makanan dengan kandungan tinggi protein akibat sulitnya supply ikan-ikan segar. 

Melihat kondisi sulitnya distribusi ikan laut kepada konsumen dengan lebih mudah, Ledgernow menghadirkan sistem supply yang lebih mudah dengan sistem berbasis blockchain dimana konsumen dapat secara mudah menentukan pilihan kualitas teripang yang diinginkan dengan aplikasi SSC yang sudah terdaftar kualitas terbaik teripang dari nelayan-nelayan yang sudah terdaftar oleh LedgernowLedgernow dalam menjaga kualitas teripang-teripang membantu para nelayan dalam menggunakan teknologi modern dalam menjaga kualitas teripang dalam pengolahannya agar tetap higienis.  Ledgernow juga membantu kesejahteraan nelayan teripang dalam mengembangkan penjualan teripang menjadi pengembangan ekonomi nelayan dan terjalinnya kesejahteraan nelayan Indonesia. 

LedgerNow hadir membantu nelayan Teripang terhubung dengan konsumen secara lebih mudah. Konsumen juga dapat dengan mudah mengetahui pembelian Teripang dengan harga realtime tanpa perlu repot mengunjungi lokasi penjualan Teripang (yang masih sulit di jangkau). LedgerNow dengan sistem berbasis blockchain memudahkan suppliers memesan teripang langsung kepada nelayan dengan harga yang disesuaikan dengan kualitas, dan proses pemesanan yang real time. Klik link tersebut untuk mempelajari selanjutnya https://www.ssc.co.id/

Posted on

Teknologi Yang Membuat Nelayan Menghasilkan Banyak Ikan

Nelayan merupakan sebuah kelompok masyarakat yang mendiami dan menggantungkan hidupnya pada potensi sumber daya kelautan dan perikanan. Mereka berprofesi sebagai penangkap dan pembudidaya ikan sekaligus mengolahnya. Jika sumber daya ikan melimpah otomatis mereka bisa meraup keuntungan lewat penangkapan, budidaya dan olahan tradisional. Sebaliknya, bila paceklik atau gagal panen mereka pun tidak punya sumber penghidupan. Jalan pintasnya adalah mereka berhutang pada tengkulak dan pasalnya mereka juga tidak punya alternatif sumber penghidupan lain di kala paceklik dan gagal panen ikan. Kehidupan seorang nelayan di negara Indonesia ini jika dilihat masih sangat jauh dari kondisi yang sejahtera. Tidak banyak dari nelayan yang mampu bekerja secara mandiri dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari dan mereka masih membutuhkan banyak pihak untuk turut serta mensejahterakan hidupnya. Kemiskinan yang dialami oleh sebagian nelayan adalah karena faktor ekonomi dan sosial sehingga mereka tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan yang memadai menjadi sebuah alasan untuk memilih menjadi nelayan. Seiring kemajuan teknologi seharusnya para nelayan ini sudah harus melek akan pentingnya menggunakan teknologi demi memudahkan kinerja mereka dalam mencari ikan seperti kisah berikut.

Di sebuah desa di daerah pesisir pantai, tinggalah seorang pemuda yang bernama Joni. Ia mempunyai kedua orang tua yang bernama Pak Joko dan Bu Nita. Pak Joko adalah seorang nelayan yang pekerjaan sehari-harinya adalah mencari ikan di lautan. Sedangkan Bu Nita merupakan ibu rumah tangga yang mempunyai warung yang menjual produk makanan berbahan dasar ikan. Hidup Joni yang sedari kecil dihabiskan di pesisir pantai sebagai masyarakat nelayan membuat ikan sudah menjadi hal yang akrab di telinganya. Pak Joko sendiri bekerja untuk melaut hampir setiap hari dan biasanya setelah aktivitas tersebut ia akan beristirahat di rumah selama sehari atau dua hari sebelum akhirnya pergi melaut lagi. Walaupun bekerja hampir setiap hari dengan giat, namun penghasilan Pak Joko yang seorang nelayan kecil ini sangatlah sedikit dan hanya cukup untuk kebutuhan keluarganya sehari-hari. Tidak jarang, Joni yang masih duduk di bangku SMP pun harus bisa mengirit ongkosnya dengan selalu membawa bekal dari rumah. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi penghasilan Pak Joko ini dimulai dari cuaca di laut yang dimana jika cuaca sedang badai maka ia tidak bisa melaut untuk mencari ikan, lalu faktor selanjutnya adalah hasil tangkapan yang Pak Joko hasilkan walaupun sampai berkilo-kilo tetapi karena adanya praktek tengkulak yang menguasai sistem jual beli ikan di pasar alhasil ikan-ikan dari nelayan seperti Pak Joko hanya dihargai sangat murah sekali yang kemudian akan mereka jual ke konsumen dengan harga tinggi.

Untuk menanggulanginya serta membantu memenuhi kebutuhan keluarga, Bu Nita pun akhirnya membuka warung makanan berbahan dasar ikan. Hasil dari penjualannya pun sangat lumayan untuk mendongkrak perekonomian keluarganya. Seiring berjalannya waktu, kondisi yang seperti ini hampir saja membuat keluarga mereka terpuruk. Sampai akhirnya para nelayan di desa tempat Joni dan keluarganya tinggal diperkenalkan kepada sebuah aplikasi nelayan dari Ledgernow yang memiliki perhatian lebih terhadap kehidupan nelayan. Dengan menggunakan teknologi Blockchain yang membuat segala data menjadi terintegrasi dalam satu sistem akan membuat kinerja para nelayan seperti Pak Joko menjadi lebih mudah. Dengan di fasilitasi Collecting Ship untuk menjemput hasil tangkapannya, ia pun tidak perlu capek-capek untuk menyetor hasil tangkapan. Ia pun bisa menjual ikannya secara langsung ke konsumen tanpa harus melalui tengkulak lagi. Pak Joko juga dapat dengan mudah melihat data-data penunjang kinerjanya seperti laporan laut, titik-titik lokasi yang terdapat banyak ikan dan ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut serta dimudahkan dalam mengurus perizinan kapal dengan adanya aplikasi ini. Setelah ia selesai melaut, hasil tangkapannya juga dapat terdata secara rinci sehingga dapat diketahui berapa keuntungan yang akan di dapat olehnya dari hasil tangkapannya tersebut. Seiring dengan hasil tangkapan Pak Joko yang semakin banyak, penghasilannya pun juga bertambah dan tentunya ini berkat teknologi ini para nelayan bisa menghasilkan lebih banyak ikan kedepannya.

Dengan adanya bantuan aplikasi seperti ini, Pak Joko pun bisa dengan mudah mengetahui jenis-jenis ikan yang ia tangkap karena sudah memiliki data tentang potensi jenis-jenis ikan yang ada di lautan. Hal ini berimbas juga kepada usaha warung milik istrinya. Karena jenis-jenis ikan yang bervariasi, maka Bu Nita pun bisa memiliki banyak varian menu dan produk makanan olahan. Bu Nita pun juga membutuhkan suplai ikan serta bahan baku lainnya dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Ia pun memiliki tantangan tersendiri, terlebih soal lokasi desanya yang berada di daerah terpencil sehingga ia memiliki sejumlah kendala seperti harga bahan baku lainnya untuk memasak yang fluktuatif serta terbatasnya ketersediaan bahan pendukung tersebut untuk di dapat di desanya, sehingga Bu Nita pun harus mengambil dari luar kota dengan harga yang kurang bersahabat. Namun akhirnya ia pun menggunakan aplikasi SSC, yang dimana ia dapat secara langsung memonitor alur pendistribusian bahan pendukung untuk usaha warung makannya dari penjual sampai ke tangannya karena menggunakan aplikasi ini. Aplikasi ini mensupport sistem supply chain menggunakan teknologi Blockchain sehingga pengiriman barang dapat terlacak secara real time dan semua data yang disajikan secara rinci dan akurat. Jika ingin tahu lebih lanjut bisa cek www.ssc.co.id untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Bisnis Era Modern

Lulus dari perkuliahan di jurusan Manajemen Bisnis, Lani memutuskan untuk tidak bekerja diperusahaan-perusahaan besar, ia memutuskan untuk melanjutkan bisnis papanya. Papa Lani telah berkecimpung lama dalam bisnis usaha telur ayam dan bisnisnya sudah berskala international, banyak pesanannya dari berbagai luar negeri, karena memang kualitas telur yang dihasilkan keluarga Lani ini tidak main-main. 

Papa Lani yang mulai menua ingin menikmati masa tuanya dengan menghabiskan waktu dirumah bersama cucu dan istrinya, sehingga Lani harus berusaha melanjutkan usaha keluarganya dengan mandiri. Abang tertuanya juga menjadi bagian dari usaha ini, sehingga mereka bersama-sama melanjutkan bisnis telur keluarganya ini. 

Lani harus rutin mengecek kandang ayam, untuk memastikan kesehatan ayam-ayamnya dan kebersihan lingkungan kandangnya. Dengan ditemani dokter yang memastikan ayam-ayamnya bebas dari penyakit-penyakit yang membahayakan. Lani juga harus banyak berpergian keluar kota untuk menemui klien atau konsumen langganannya di kota lain, maklum dengan skala bisnis yang sudah besar, konsumen pemesan telurnya juga merupakan pengusaha-pengusaha besar lainnya. Tahun-tahun pertamanya bekerja Lani banyak belajar mengenai dunia bisnis, ia banyak mengenali orang-orang dari berbagai daerah, rasa semangatnya menggeluti dunia bisnis ini kadang menyembuhkan rasa lelahnya, ia tau bagaimana sulitnya bekerja meskipun diperusahaan yang besar. 

Lani banyak dipuji oleh keluarga-keluarganya atas usahanya dalam menjalankan bisnis dengan penuh semangat, bahkan ia dapat meningkatnya jumlah pendapatan perusahaan atas kerja kerasnya. Ambisinya terhadap bisnis ini sungguh besar, ia selalu mencari jalan yang sederhana untuk meningkatkan kualitas bisnisnya, ia tidak ingin konsumen kecewa atas hasil produk jualnya, maka dari itu Leni sering mengunjungi sendiri kandang ayamnya, dan pabrik produksi karena ia ingin secara langsung memastikan kualitasnya. 

Leni yang selalu menjaga kepercayaan konsumennya dikagetkan dengan kenyataan konsumennya yang mengeluhkan proses pengiriman yang tidak sesuai waktu, Leni pun bingung barang sudah dipastikan pengirimannya tepat waktu, namun ia tidak tau bagaimana kendala proses pengirimannya diperjalanan, konsumen yang terus mengeluh juga membuat Leni menjadi kebingungan mencari jalan keluar, ia sibuk menelpon logistik langganannya yang biasa mengantarkan telur-telur ke konsumen luar kota. Proses konfirmasi yang lama antara mereka membuat Leni tidak sabaran, ia membutuhkan sesuatu yang secara jelas dan tepat waktu menginformasikan segala kejadian, ia tau tidak dapat menyalahkan orang lain atas masalah begini, sudah kosultasi dengan papa nya pun, papa nya sudah mengisyaratkan akan ada kendala dalam usaha yang seperti ini. Leni bukan orang yang hanya diam menerima takdir setiap masalah akan ia evaluasi untuk mencari jalan keluarnya, dengan begitu Leni dikenalkan dengan salah satu temannya aplikasi supplying berbasis blockchain. Blockchain yang masih awam ditelinga Leni, sehingga harus dijelaskan secara spesifik oleh temannya, sistem blockchain yang memiliki sifat, Security, Trust, and Traceability, blockchain memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk menjangkau rantai kerjasama bisnis antara pemasok pengantar dan penerima. Leni tertarik dengan sistem ini, ia membutuhkan sistem yang cepat tidak memakan waktu banyak untuk mengkonfirmasi dari satu orang ke orang lainnya. SSC adalah salah satunya, aplikasi berbasis blockchain yang diperuntukkan kepada pembisnis era global yang membutuhkan kecanggihan teknologi membantu mentrack pengiriman barang sesuai pemesanan dengan informasi yang realtime yang memudahkan penggunanya tau saat barang yang sudah sampai atau belum. 

Lani menggunakan aplikasi SSC ini untuk memudahkannya kedepan dalam proses pengiriman barang tanpa perlu konfirmasi banyak pihak saat dalam keadaan genting. Lani merasa perkembangan teknologi ini sangat memudahkan penggerak ekonomi bisnis Indonesia untuk lebih maju, dengan menggunakan sistem blockchain yang memiliki sifat truster.

Untuk informasi selanjutnya mengenai SSC, klik link berikut untuk selengkapnya www.ssc.co.id 

Sejak memahami sistem blockchain yang memiliki sistem trust, security, dan traceability, Lani melanjutkan menggunakan teknologi blockchain ini dalam penggunaan sistem CSR perusahaannya dalam membantu anak-anak Indonesia untuk mendapatkan hak-hak pendidikannya, Lani mempercayakannya kepada PureHeart yang jelas penggunaan sistem blockchainnya yang dapat dipercayai, dan mudah digunakan dalam kegiatannya. Dengan penggunaan PureHeart dalam membantu anak-anak Indonesia, Lani dapat mengetahui bagaimana alokasi dana nya yang sudah digunakan kepada anak-anak disana. Semakin banyaknya perusahaan yang bekerja sama dengan aplikasi PureHeart ini semakin banyak pula anak-anak Indonesia yang terbantu dalam menempuh ilmu pendidikan. Kunjungi website PureHeart untuk informasi selengkapnya www.pureheart.ledgernow.com

 

Posted on

Permudah Bisnismu Mulai Dari Sekarang !

Rani adalah seorang pengusaha muda yang berhasil di umur 22 tahun. Rani mulai menggeluti bidang usaha dari umur 18 tahun. Tentu saja sudah banyak sekali naik naik turun yang dialami oleh Rani. Dimulai berjualan kerudung yang saat itu sedang hits dikalangan remaja, Rani dengan gigihnya berjualan menawarkan kepada teman-temannya. Tidak hanya itu ketika sedang booming makanan pedas yang saat itu menjadi makanan favorit para remaja, Rani pun mencoba berbagai cara untuk bisa memasak dan mencari resep yang pas untuk bisa membuat makanan pedas yang sesuai dengan lidah teman-temannya. Hingga akhirnya penjualan makanan pedas ini bisa laku sangat keras.

Saat berada di awal bangku perkuliahan, berawal dari iseng bermain instagram dan melihat sepatu – sepatu yang sangat bagus dan booming saat itu. Hingga akhirnya, setelah mencoba menjadi reseller Rani memberanikan diri untuk bisa memproduksi sendiri.sepatu untuk dijual. Setelah berbulan – bulan mencari produsen sepatu yang dapat diajak kerjasama, Rani bertemu dengan pak Naryo seorang produsen sepatu yang cukup handal. Awalnya, Rani berani untuk memproduksi 10 buah sepatu dan ia mulai menjualnya kepada teman – teman terdekat. Tidak mudah, selain itu Rani juga mencoba untuk menjualnya melalui marketplace yang saat ini sedang menjadi favorit karena berbagai promo menguntungkan yang ditawarkan. 

Semakin lama usaha Rani semakin berkembang. Bahkan, saat ini permintaan pesanan sepatu sudah sampai ke pulau Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Bahkan beberapa ada pesanan yang harus dikirim Malaysia dalam jumlah cukup banyak. Selama sebulan Rani dengan bantuan pak Naryo bisa sampai membuat dan menjual 500 pasang sepatu. Hal itu semakin bulan semakin berkembang karena Rani selalu berusaha mengikuti trend yang ada. Sehingga tidak heran jika bisnis sepatunya banyak disukai oleh para konsumen. 

Bulan Desember yang lalu, Rani mendapat pesanan sebanyak 300 pasang sepatu. Seperti biasa, pengerjaan sudah dilakukan 2 bulan sebelum waktu yang disepakati agar sepatu dapat jadi tepat waktu. Pak Naryo beserta timnya bekerja sangat keras agar pesanan sepatu dapat selesai. Sedangkan Rani juga masih sibuk untuk mempersiapkan ujian semester yang sedang berlangsung saat itu. Bukan hal yang mudah apabila berada posisi Rani yang harus bertanggung jawab untuk pesanannya dan juga harus bertanggung jawab pada pendidikannya. Sebisa mungkin Rani membagi waktu belajar, mengerjakan tugas dan mengontrol bisnisnya. 

Mendekati bulan Desember, sepatu yang dibuat oleh pak Naryo sudah selesai semua dan siap dikirimkan. Rani dibantu oleh pak Naryo dan timnya untuk mempersiapkan sepatu agar dapat segera dikirimkan.Setelah siap mereka menghubungi agen pengiriman untuk mengambil barang yang akan dikirim. Estimasi yang ditawarkan agen pengiriman kepada Rani sekitar 1- 2 minggu kedepan barang akan sampai ke tempat tujuan. Setelah itu, dengan senang hati dna merasa aman Rani memberitahu kepada pemesan bahwa barang akan sampai sekitar 1-2 minggu lagi. Seperti biasa, Rani juga mengingatkan kepada pemesan untuk melakukan pelunasan begitu barangnya sampai ke tujuan dan keduanya pun bersepakat. 

Selang 2 minggu berlalu dan Rani mulai gelisah karena belum ada kabar dari pelanggan yang memesan sepatunya. Tidak hanya itu, agen pengiriman pun juga tidak dapat dihubungi sehingga Rani tidak dapat melacak pengiriman yang sudah dilakukan. Bingung dan panik yang dirasakan oleh Rani menjadikan ia berani untuk menghubungi pemesan. Seolah ia pasrah dengan hal yang terjadi dan menunggu jawaban dari pemesan ketika mengkonfirmasi apakah sepatu pesanannya sudah sampai. Sesuai dengan dugaan Rani, bahwa barang pesanan belum sampai di pesanan. Beruntung pemesan tidak marah dan tidak menuntut ganti rugi karena kebetulan acara yang seharusnya menggunakan sepatu Rani untuk acara amal harus diundur.

Rani merasa sedikit lega akan tetapi tetap saja ia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi lagi. Tentu saja hal ini bisa diatasi jika dari awal Rani menggunakan SSC pada saat pengiriman barangnya. SSC yang mendukung sistem supply chain menggunakan teknologi canggih Blockchain sehingga pengiriman barang dapat terlacak secara real time dan semua data yang disajikan secara rinci dan akurat. Kalau sudah begini, Rani tidak perlu panik lagi dan akan tetap merasa aman jika harus mengirim pesanannya ke konsumen  Yuk cari tau informasi lebih lanjut di https://ssc.co.id/

Tidak hanya itu, selain kewalahan karena harus membagi waktu antara kuliah dan bisnisnya tak jarang jika Rani juga kewalahan ketika harus mengatur keuangan bisnisnya. Selama ini, ia dibantu oleh kakaknya Ratna yang merupakan mahasiswa akuntansi. Akan tetapi, Ratna yang saat ini sudah semester akhir harus fokus untuk menyelesaikan skripsinya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan lagi oleh Rani, karena Ratna mengenalkan YONK sebagai aplikasi dengan teknologi canggih blockchain yang dapat menjadi perencana keuangan bisnis dan membantu bisnis Rani agar tetap jalan. Sehingga, Rani bisa lebih banyak fokus ke pendidikannya. Informasi selengkapnya tentang YONK klik https://yonk.io/ 

Posted on

Anak Nelayan “Aku rindu ayah dan ibuku”

Fadhil namaku, aku tinggal di kampung baru kuala enok Tungkal. Ayahku adalah nelayan bubu yang tinggal berhari-hari di lautan untuk cari ikan. Dirumah ibuku biasa mengolah hasil tangkapan ayahku untuk dikeringkan ataupun dibersihkan. Setiap hari ayah dan ibuku sibuk mengurusi ikan, ikan dan ikan. Ayahku pergi melaut hingga satu minggu dan biasanya setelah itu ayah akan beristirahat satu hari di rumah sebelum akhirnya pergi melaut lagi. Saat pulang dari melaut ayah selalu terlihat capek hingga tidak ada waktuku untuk ingin bercerita dengannya soal kegiatan ku di sekolah dan bermain bersama teman-teman. Sama seperti ibuku yang setiap harinya sibuk menjemur ikan, membersihkan ikan, dan mengantarkannya ke pasar ataupun warung-warung. Ibuku akan tiba di rumah selepas matahari terbenam. Saat tiba dirumahpun ibu selalu terlihat capek dan biasanya langsung tertidur. 

Pagi itu di hari minggu, ada kegiatan dari sekolahku di taman kota. Setiap anak-anak diharapkan datang untuk mengikuti kegiatan olahraga pagi yang diadakan bapak bupati Tungkal, dikarenakan taman kota berada cukup jauh maka setiap orang tua diwajibkan ikut mendampingi anak-anaknya. Teman-temanku sudah memastikan akan datang bersama ibu ataupun ayahnya. Aku ingin sekali datang, tapi aku yakin ibu dan ayah pasti sibuk mengurusi ikan. Orang tua teman-temanku rata-rata bekerja sebagai buruh di pabrik sawit yang setiap minggu pasti libur, bukan nelayan seperti ayah dan ibuku yang pekerjaannya tanpa mengenal libur. Pernah aku tanyakan pada ibuku “ibu, kenapa aku tidak pernah melihat ayah dan ibu libur bekerja seperti orang tua dari teman-temanku, setiap minggu mereka bisa jalan-jalan ke taman dan bermain ke pasar rakyat”. Lalu ibuku hanya menjawab “nak, kalo ayah dan ibu tidak bekerja seperti ini. Kamu gak akan bisa bersekolah, gak akan bisa makan, gak akan kakak-kakakmu bisa bersekolah di kota sana”. Alhasil, aku hanya bisa berupaya mengerti dengan kondisi keluargaku. 

Kakak-kakakku memang bersekolah di kota. Kakakku yang pertama saat ini bersekolah SMP kelas 3 dan kakak-ku yang kedua kelas 1. Sejak saat kakak-kakakku satu persatu pergi ke kota membuat aku begitu kesepian. Biasanya di rumah kami sering main bersama saat ibu sibuk mengeringkan ikan dan ayah pergi melaut. Namun kini aku sendiri. Aku ingin bisa ngobrol dan bercanda bersama ayah dan ibuku. Aku ingin jalan-jalan ke taman setiap minggu bersama ayah dan ibuku. Aku rindu mereka saat mereka masih menggendong aku kemanapun saat aku masih kecil. 

Anak-anak nelayan memang kekurangan pengasuhan dan perhatian karena tekanan ekonomi yang mereka hadapi membuat mereka harus melaut tanpa ingat waktu dan mengabaikan anak-anaknya, itupun masih hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan persiapan untuk bertahan di musim penceklik. Aplikasi nelayan dari LedgerNow berupaya menghadirkan solusi agar para nelayan dapat bekerja dengan mengingat waktu dan membagikan waktunya untuk dapat berkumpul dengan keluarga. Aplikasi nelayan akan mengoptimalkan produktivitas nelayan saat melaut dengan hasil yang lebih besar. Sehingga setiap minggu mereka bisa pulang ke daratan dan berkumpul bersama keluarganya. 

Aku senang bisa lihat ayah pulang dengan senyuman, bukan dengan muka capek penuh beban seperti biasanya karena ketidakpastian akan cuaca esok hari yang menentukan ia bisa melaut atau tidak. Sedangkan jika tidak melaut uang yang di dapat belum cukup untuk bertahan lebih dari 4 hari. Begitu pula dengan ibu, biasanya setelah ibu mengeringkan ikan ibu langsung mengantarkan ikannya ke pasar, ke pengepul, atau ke kota jika ikannya masih tersisa. Sampai ibu tidak punya waktu lagi di rumah dan selalu pulang dengan keadaan capek. Sekarang ibu merasa begitu terbantu dengan menggunakan SSC ibu tidak perlu capek-capek mengantarkannya lagi ke pasar, dll, karena ibu sudah bisa mengontrolnya sendiri dari rumah dan ikan-ikan yang mau dikirim sudah di jemput dari rumah oleh petugas. Jadi aku bisa ketemu ibu setiap hari tanpa melihat muka capek ibu yang harus mondar-mandir hingga malam hari. Untuk tau lebih lanjut mengenai SSC silahkan kunjungi link berikut https://www.ssc.co.id/

Posted on

Kemajuan Teknologi Yang Sejahterakan Nelayan

Kehidupan seorang nelayan di negara Indonesia ini jika dilihat masih sangat jauh dari kondisi yang sejahtera. Tidak banyak dari nelayan yang mampu bekerja secara mandiri dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari dan mereka masih membutuhkan banyak pihak untuk turut serta mensejahterakan hidupnya. Hal-hal ini ditandai dengan masih banyaknya monopoli yang terjadi di dalam transaksi yang berhubungan dengan para nelayan dan pasar, dalam sistem transaksi ini monopoli pasar nelayan sebagian besar masih dikuasai oleh para tengkulak. Karena sejatinya beberapa nelayan yang ada hidup dari keluarga yang miskin maupun sederhana, maka mereka pun tidak mempunyai modal yang cukup untuk bisa memulai pekerjaannya untuk melaut. Biasanya para nelayan ini meminjam modal untuk melaut kepada para tengkulak, tetapi pada akhirnya setelah berjalannya pekerjaan mereka tengkulak ini mulai memberikan banyak aturan bagi para nelayan untuk bisa mengembalikan modal yang mereka pinjam. Tengkulak biasanya memberikan pinjaman yang manis di awal, tetapi harus dikembalikan dengan bunga yang lumayan besar atau setidaknya jika tidak bisa maka hasil dari tangkapan para nelayan inilah yang tengkulak beli dengan harga yang murah supaya mereka bisa menjualnya kembali ke konsumen di pasaran dengan harga yang tinggi. Hal ini juga menjadi pemicu dalam kesejahteraan nelayan yang tidak kunjung membaik meski mereka sudah bekerja dengan susah payah dalam mencari ikan. Dibutuhkan adanya kemandirian serta edukasi yang baik dari para nelayan ini agar bisa mencapai titik kesejahteraan untuk mereka.

Seperti kisah Pak Mirza yang sehari-harinya bekerja sebagai nelayan. Ia sendiri bersama dengan rekan-rekannya setiap hari melakukan aktivitas memancing ikan dengan menggunakan kapal yang didapatkannya dengan meminjam modal dari tengkulak. Di mulai dari pagi hari hingga malam menjelang mereka bekerja dengan giat demi mendapat hasil yang maksimal. Namun karena mereka meminjam kapal dari tengkulak tentunya ada harga yang harus dibayar oleh mereka, dari setiap hasil tangkapan mereka harus disetor langsung kepada tengkulak dan hasilnya pun walau melimpah tapi harus dibayar murah oleh tengkulak ini karena sebagai ganti penyewaan kapal oleh nelayan. Dari upah hasil tangkapan ikan yang dihasilkan oleh Pak Mirza ini hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari itu pun juga sangat pas-pasan, belum lagi ada keperluan-keperluan lain yang mendesak di keluarganya sehingga dengan upah yang pas-pasan tersebut sangat membebani keluarga Pak Mirza. 

Kehidupan Pak Mirza ini pun berjalan terus sampai ketika ia dikenalkan kepada sebuah teknologi bernama Blockchain. Pada awalnya ia pun belum paham betul cara kerja sistem ini, namun setelah mendapat edukasi yang cukup baru lah ia dapat menerapkannya dalam pekerjaannya. Dengan teknologi yang memungkinkan adanya integrasi data ke dalam satu sistem, maka tentunya itu dapat mengefisensikan kinerja Pak Mirza sebagai nelayan. Kedepannya dengan teknologi ini ia dapat dengan mudah melihat laporan laut yang akan ditujunya serta titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti mendata awak kapal, persediaan logistik di kapal dan bahkan bahan bakar yang akan dipergunakan. Belum sampai situ saja, untuk durasi melaut serta mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Setelah ia melaut pun hasil tangkapannya juga dapat terdata secara rinci dimulai dari jenis-jenis ikan yang ia tangkap, kualitas ikannya dan juga kuantitas dari ikan tersebut per jenisnya sehingga dapat diketahui berapa keuntungan yang akan di dapat olehnya dari hasil tangkapannya tersebut. Hasil tangkapannya juga dapat langsung dikumpulkan dengan Collecting Ship yang dimana ia tidak harus lagi capek-capek kembali ke pantai untuk menyetor ikannya dan ikannya pun bisa langsung dijual kepada konsumen dengan harga yang sesuai tanpa harus melalui tengkulak yang tentu akan merugikan dirinya serta rekan-rekannya sesama nelayan. Para nelayan ini akan di fasilitasi dengan baik dan tentunya keuntungan yang mereka dapat juga akan menjadi berkali-kali lipat. Berkat kemajuan teknologi ini nantinya akan membuat para nelayan seperti Pak Mirza menjadi lebih sejahtera kedepannya.

Dengan adanya teknologi seperti ini, Pak Mirza bisa dengan mudah mengetahui jenis-jenis ikan yang ia tangkap. Saat ini Pak Mirza juga bisa mencari jenis ikan lain karena sudah memiliki data tentang potensi jenis-jenis ikan yang ada di lautan. Karena hal tersebut ia juga bisa semakin produktif dalam mencari ikan dan ia juga bisa tahu akan permintaan pasar untuk jenis-jenis ikan yang laku di pasaran serta cukup menjanjikan. Jenis-jenis ikan yang sering menjadi permintaan adalah jenis ikan tuna, salmon, barakuda dan juga sarden. Pak Mirza bisa setiap harinya untuk mencari ikan yang berbeda jenis dan sesuai permintaan pasar melalui data yang ada. Dengan kemudahan yang diberikan, ia beserta rekan-rekannya berinisiatif untuk mendistribusikan hasil tangkapannya langsung ke usaha-usaha makanan berbahan ikan atau ke pasar tradisional sehingga mereka tidak perlu lagi melewati tengkulak. Ia beserta rekan-rekannya dapat secara langsung memonitor alur pendistribusian ikan-ikannya dari saat mereka tangkap hingga sampai ke pasaran seperti usaha-usaha makanan berbahan ikan dan pasar-pasar ikan karena menggunakan aplikasi SSC. Aplikasi ini mensupport sistem supply chain menggunakan teknologi Blockchain sehingga pengiriman barang dapat terlacak secara real time dan semua data yang disajikan secara rinci dan akurat. Jika ingin tahu lebih lanjut bisa cek www.ssc.co.id untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Nelayan Sebagai Pahlawan Keluarga

Halo namaku Aryo, aku tinggal di sebuah desa di daerah pesisir pantai. Aku mempunyai kedua orang tua yang bernama Pak Ari dan Bu Sarah. Ayahku adalah seorang nelayan yang pekerjaan sehari-harinya adalah berjuang di lautan untuk mencari ikan. Sedangkan ibuku merupakan ibu rumah tangga biasa yang mempunyai usaha makanan yang berupa olahan ikan, biasanya di rumah ketika ayahku pulang melaut dan membawa ikan sebagian hasilnya akan diberikan ke ibuku untuk diolah. Biasanya ibuku membuat ikan asap maupun dijadikan produk olahan sambal ikan. Memang, hidupku yang sedari kecil dihabiskan di pesisir pantai sebagai masyarakat nelayan membuat ikan sudah menjadi hal yang akrab di telingaku. Ayahku sendiri bekerja untuk melaut hampir setiap hari dan biasanya setelah aktivitas tersebut akan satu hari dimana ia akan beristirahat di rumah sebelum akhirnya pergi melaut lagi. Ibuku pun ketika ayah sedang dirumah akan memasak makanan kegemaran kami semua sehingga saat-saat seperti itu lah momen bersama keluarga bisa tercipta.

Sebenarnya penghasilan ayahku yang seorang nelayan ini sangatlah sedikit dan hanya cukup untuk kebutuhan kami sehari-hari saja. Aku pun memaklumi itu sehingga setiap aku sekolah aku pun selalu membawa bekal dan tidak meminta uang jajan kepada ayahku. Hal itu bisa terjadi karena praktek tengkulak yang menguasai sistem jual beli ikan di pasar, yang dimana ikan-ikan dari nelayan seperti ayahku dihargai sangat murah sekali dan tidak sesuai dengan harga ikan di pasaran yang kemudian akan mereka jual ke konsumen. Ayahku bersama rekan-rekannya sesama nelayan tidak bisa berbuat apa-apa karena tengkulak ini lah yang memberikan modal kepada mereka untuk pergi melaut sehingga sebagai imbalannya hasil tangkapan mereka akan dihargai dengan sangat murah. Untuk menanggulanginya serta membantu memenuhi kebutuhan keluarga, ibuku pun akhirnya berpikiran untuk membuka usaha makanan olahan ikan ini untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun sangat lumayan untuk mendongkrak perekonomian keluarga kami.

Seiring berjalannya waktu, aku dan keluargaku pun hidup dalam kondisi yang seperti ini. Sampai akhirnya para nelayan di desa kami diperkenalkan kepada sebuah aplikasi yang dapat merubah hidup mereka dari seseorang di kota. Aplikasi nelayan dari Ledgernow ini memiliki perhatian lebih terhadap kehidupan nelayan. Dengan menggunakan teknologi Blockchain yang membuat segala data menjadi terintegrasi dalam satu sistem akan membuat kinerja para nelayan sepert ayahku ini menjadi lebih mudah. Dengan di fasilitasi Collecting Ship di setiap pelabuhan untuk menjemput hasil tangkapannya di tengah laut, ayahku pun tidak perlu capek-capek untuk pulang pergi untuk menyetor hasil tangkapan. Ayahku pun bisa menjual ikannya disana secara langsung dan tidak harus melalui para tengkulak lagi serta hasil tangkapannya pun bisa langsung dijual ke konsumen. 

Berkat aplikasi ini juga ayahku dapat dengan mudah melihat laporan laut yang akan ditujunya serta titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti mendata awak kapal, persediaan logistik di kapal dan bahkan bahan bakar yang akan dipergunakan. Terlebih lagi, untuk mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya aplikasi ini. Setelah ia selesai melaut, hasil tangkapannya juga dapat terdata secara rinci dimulai dari jenis-jenis ikan yang ia tangkap, kualitas ikannya dan juga kuantitas dari ikan tersebut per jenisnya sehingga dapat diketahui berapa keuntungan yang akan di dapat olehnya dari hasil tangkapannya tersebut. Seiring dengan hasil tangkapan ayahku yang semakin banyak, pesanan untuk makanan olahan ikan milik ibuku ini pun makin hari makin ramai pembeli dan tentunya ini merupakan awal yang baik bagi perekonomian keluarga kami. Kini para nelayan seperti ayahku tidak perlu khawatir lagi akan mendapatkan uang yang sedikit dari tengkulak karena hasil penjualan ikannya bisa langsung ia jual ke konsumen dengan harga yang sesuai. Aku pun kini saat bersekolah sudah bisa diberi uang jajan oleh ayahku, hal ini membuat ku senang karena dibalik kerja kerasnya ayahku bisa menjadi sosok seorang pahlawan di keluarganya.

Dengan adanya bantuan aplikasi seperti ini, ayahku pun bisa dengan mudah mengetahui jenis-jenis ikan yang ia tangkap karena sudah memiliki data tentang potensi jenis-jenis ikan yang ada di lautan. Karena hal tersebut ia juga bisa semakin produktif dalam mencari ikan dan ia juga bisa tahu akan permintaan pasar untuk jenis-jenis ikan yang laku di pasaran serta cukup menjanjikan. Jenis-jenis ikan yang adapun terkadang sebagian diberikan kepada ibuku untuk dijadikan makanan olahan. Seiring besarnya usaha ibuku, ia pun juga membutuhkan suplai ikan serta bahan baku lainnya dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Ibuku pun memiliki tantangan tersendiri, terlebih soal lokasi desaku yang berada di daerah terpencil sehingga ia memiliki sejumlah kendala seperti harga bahan pendukung yang fluktuatif serta terbatasnya ketersediaan bahan pendukung tersebut untuk di dapat, sehingga ibuku harus mengambil dari luar kota dengan harga yang kurang bersahabat. Namun akhirnya ibuku pun menggunakan aplikasi SSC, yang dimana ia dapat secara langsung memonitor alur pendistribusian bahan pendukung untuk usaha makanannya dari penjual sampai ke tangannya karena menggunakan aplikasi ini. Aplikasi ini mensupport sistem supply chain menggunakan teknologi Blockchain sehingga pengiriman barang dapat terlacak secara real time dan semua data yang disajikan secara rinci dan akurat. Jika ingin tahu lebih lanjut bisa cek www.ssc.co.id untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Solusi Pendistribusian yang Sulit

Umumnya orang yang tinggal di tengah daratan atau di gunung suka berlibur ke pesisir pantai dan bahkan ke lautan. Bagi nelayan yang tinggal di pinggiran pantai dan bahkan di tengah lautan, tentunya memiliki cerita kehidupan yang sangat berarti.

Nelayan di Indonesia sangat diperhatikan oleh pemerintah saat ini karena nasib para nelayan masih kekurangan padahal Indonesia memiliki hasil laut yang kaya. Nelayan berjuang melawan ombak, angin dan cuaca ekstrim. Hasil yang didapatkannya tidak sebanding dengan upaya keras mereka.

Hasil laut seperti ikan, kepiting, udang, teripang dan masih banyak lainnya selain untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, juga untuk dijual ke luar negeri. Tentunya hal ini akan membantu perekonomian Indonesia. Maka dari itu nelayan sangat berharga untuk negara kita.

Kalimantan adalah tempat hidup yang baik untuk seorang nelayan karena memiliki hasil laut yang memuaskan dan cuaca yang tidak terlalu berbahaya. Sayangnya mereka mengalami kendala transportasi karena jauhnya perjalanan yang harus ditempuh untuk ke kota.

Permintaan hasil laut tidak sebanding dengan jumlah hasil laut yang dijual ditambah dengan pengeluaran seperti bahan bakar dan perawatan alat. “Lebih besar pasak daripada tiang” adalah pepatah yang tepat untuk para nelayan yang berjuang untuk bertahan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Namun saat ini sudah ada beberapa solusi untuk menangani masalah tersebut seperti system Sustainable Supply Chain atau yang sering disebut SSC yang dapat mempermudah segala macam bentuk pekerjaan pendistribusian, dan semua dapat mengaksesnya pada waktu yang bersamaan baik itu produsen, distributor maupun konsumen. Hal yang dari dulu diimpikan dan diinginkan oleh beberapa pelaku industri  kini sudah mempunyai jawabannya. Untuk informasi lebih lengkap https://ssc.co.id/ 

Posted on

Wujudkan Nelayan Indonesia Yang Mandiri dan Sejahtera

Perikanan, salah satu sektor yang diandalkan untuk pembangunan nasional serta sumber mata pencaharian nelayan yang perlu dipertahankan kelanjutannya. Bukan sekedar tingkat penangkapan perikanan, namun juga aspek-aspek lain seperti ekosistem, komunitas nelayan, dan pengelolaan hasil tangkapnya. Penangkapan ikan juga harus mempertimbangkan kerusakan dan tidak mengganggu kelestarian sumber daya ikan. Secara teknis alat tangkap harus efektif untuk dioperasikan dan juga alat tangkap ikan harus yang terjangkau oleh masyarakat nelayan khususnya, baik itu secara harga maupun cara penggunaannya. Selain proses penangkapan ikan, proses pendistribusian juga harus diperhatikan, ikan yang disajikan ke konsumen apakah masih tampak segar atau tidak.

Seperti cerita Remon yang merupakan salah satu pengepul ikan yang membeli hasil tangkapan ikan dari para nelayan kecil dari pesisir daerah Belitung, dia mengatakan bahwa masih banyak nelayan yang hasil tangkapannya bagus namun ketika sampai ke konsumen yang berada di luar kota keadaan kualitasnya jadi menurun karena pendistribusian yang lama atau terhambat. Akibatnya banyak konsumen yang kecewa dan tidak ingin mengambil ikan dari tangkapan yang sama, hal inilah yang membuat banyak pendistribusi merugi dan harus mencari pasaran baru setiap mengalami kerugian.

Sebenarnya hal diatas dapat dicegah jika Remon melakukan kolaborasi rantai pasokan yang dapat memberikan manfaat dan keuntungan substansial kepada para mitranya. Baik itu dari segi produsen, distributor maupun konsumen. Semua dapat terintegrasi dengan baik di system SSC.  Dengan menggunakan kolaborasi rantai pasokan di system SSC semua pihak bisa dapat info yang sama secara real time, selain itu system ini juga mempunyai berbagai macam keunggulan seperti dapat melacak keberadaan ikan yang sedang dikirimkan oleh pendistribusi jadi baik nelayan ataupun konsumen yang sudah menanti kedatangan ikan tersebut dapat mengetahui dimana keberadaan ikan yang sedang dikirim secara real time itu. Dengan begini nelayan dapat berkembang lebih maju dan juga makin Sejahtera. Info selengkapnya tentang supply sistem blockchain SSC klik https://ssc.co.id